Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ani sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ani akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).
Ani dan Ilman telah berpacaran selama 7 tahun. Ilman merupakan teman SD Ani. Mereka telah kenal selama 13 tahun. Masa 5tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ani dan Ilman akan melangsungkan ijab kabul.
Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ani dikejutkan oleh suatu berita.
Adiknya Ilman: Mbak Ani, Mbak Ani. Mas Ilman…Mas Ilman….kena musibah!
Ani: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
Saat itu Ani tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Ilman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…
Adiknya Ilman: Mas Ilman…kecelakaan…dan..meninggal…
Ani: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
…dan Ani kemudian pingsan…
Setelah bangun, Ani dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ani yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.
Ketika memandikan jenazahnya, Ani terdiam. Ani memeluk tubuh Ilman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Ilman mencoba meminta Ani agar tabah menghadapi semua ini.
Setelah dikuburkan, Ani tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Ilman.
Sampai seminggu ke depan, Ani tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ani pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.
Akhirnya bapaknya Ani memarahi Ani. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ani kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ani belum dikeluarkan.
Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ani menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.
…empat bulan kemudian…
Skripsi Ani belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ani. Sepeninggal Ilman, Ani masih terus meratapi dan merasa Ilman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.
Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ani. Satrio namanya. Ia tertarik dengan paras Ani yang manis dan pendiam. Satrio pun mencoba mencaritahu tentang Ani dan ia mendengar kisah Ani lengkap dari teman-temannya.
Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ani, ia coba mendekati Ani. Ani yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satrio. Beberapa kali ajakan Satrio tidak direspon olehnya.
Satrio pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ani sedikit luluh. Ani pun mengajak Satrio ke kuburan Ilman. Disana Ani meminta Satrio minta ijin kepada Ilman untuk berhubungan dengan Ani. Satrio yang begitu menyayangi Ani menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Ilman.
Masa pacaran Ani dan Satrio begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Ilman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Ilman di hati Ani tidak ada yang menggeser. Tetapi Satrio pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ani, walaupun sebagai orang kedua dihati Ani.
Dua tahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ani sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satrio pun memutuskan untuk melamar Ani.
Sebelum melamar Ani, Satrio mengunjungi kuburan Ilman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ani. Setelah itu Satrio pulang, dan malamnya ia melamar Ani.
Ani tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ani masih terkenang sosok Ilman. Ani menceritakan bagaimana perasaannya ke Satrio dan bagaimana posisi Ilman dihatinya. Satrio menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ani adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ani, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ani bahagia.
Ani pun akhirnya menerima lamaran Satrio.
…beberapa bulan setelah menikah…
Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ani dan Satrio. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ani dan Ilman.
Ya, Ani yang masih terus mencintai Ilman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Ilman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satrio dan Ani. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ani. Namun Satrio mengijinkan Ani meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.
Bagaimanapun Ani tetap akan mencintai Ilman sekaligus mencintai Satrio, suami tercintanya. Dan Satrio merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ani. Apapun yang Ani lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…dan akan terus begitu.
No comments:
Post a Comment